GUMUK DI SAWAH PENARUKAN
Gumuk :
Gumuk adalah gundukan tanah yang terbentuk secara alami karena menumpuknya debu/pasir oleh hembusan angin melalui jalur angin di sekitaran lokasi keberadaan Gumuk itu, proses terjadinya selama ratusan hingga ribuan tahun. terjadinya gumu k merupakan fenomena alam atas kuasa Tuhan YME. Keberadan Gumuk ini sangat langka, oleh karena itu seyogyanya harus dijaga kelestariannya. Di dunia ini Gumuk yang dikenali hanya ada dua, yaitu di Indonesia dan Mexico. Gumuk di Indonesia berada di Pantai Parangtritis Yogyakarta, dengan luas mencapai 400-an hektar. Gumuk di Parangtritis apabila tidak dikelola dengan baik bisa jadi dapat berakibat terjadi kepunahan karena pengaruh perkembangan kebutuhan ekonomi, misalnya : untuk pemukiman penduduk, pertanian, untuk bahan bangunan, dan lain-lain.
Lain lagi dengan Gumuk di Sawah Penarukan, Gumuk ini tergolong kecil, berupa sebidang tanah yang hanya berukuran sekitar 25 meter persegi, dengan ketinggian lebih kurang 1 meter dari permukaan sawah, berada di tengah-tengah sawah ex Bengkok Kepala Desa Penarukan. Sekarang tanah sawah tersebut telah menjadi milik perorangan, yaitu : (Hj.Munasabah, turun ke anahnya à Hj.Warinah dan kini turun ke anak cucunya : àMahmudi Cs). Adapun proses tukar guling sawah itu terjadi di tahun 1980-an . Tukar guling itu terjadi dalam rangka pembangunan Lapangan stadion Kepanjen. Dimana sawah milik Hj.Munasabah terkena lokasi Stadion Kepanjen, sehingga oleh tim panitia pembangunan stadion Kepanjen tanah milik Hj.Munasabah tersebut ditukar guling dengan tanah Bengkok Kepala Desa Penarukan. Kini bekas Stadion Kepanjen tersebut telah beralih fungsi menjadi Perkantoran DPRD dan perkantor Dinas/instansi Pemda Kab.Malang.
Mbok Sukatin yang kini berusia 80 tahun sejak dulu hingga sekarang masih aktif bekerja sebagai buruh tani di area sawah penarukan. Meskipun sudah sepuh tetapi tenaganya masih kuat untuk bekerja sebagai buruh tani. Baginya Gumuk di Sawah ex Bengkok Kepala Desa Penarukan itu sudah tidak asing lagi, karena dalam sehari –harinya dari kecil hingga kini mbok Sukatin bekerja sebagai buruh tani di sawah Penarukan ( Tandur, Matun, Derep, Ngasak ). Menurut penuturan mbok Sukatin, dahulu ditengah-tengah Gumuk tersebut terdapat pohon Salam yang besar dan tinggi. Gumuk itu agak luas, sekitar 25 m2, di saat terik matahari sedang menyengat (waktu lohor), di bawah pohon salam tersebut menjadi tempat berteduh para buruh tani untuk beristirahat sambil makan kiriman atau bekal dari rumah . Pada tahun 1950 an pohon salam itu roboh tertiup angin, lalu diganti dengan pohon Mangga .(wit Pencit). Dulu sering terjadi ada orang kerasukan (Kampelan) roh gaib penunggu gumuk itu,sekali-sekali juga ada ular besar yang keluar dari gumuk itu, hal ini pertanda bahwa Gumuk tersebut minta di Petri (diselamati). Tradisi selamatan di Gumuk tersebut lazim diadakan bersamaan waktunya dengan saat memulai Mugut/ Derep (Panen Padi). Tujuan selamatan adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME karena berkat karuniaNya maka sawah Penarukan berhasil memetik hasil panen dengan memuaskan. Penyelenggara selamatan adalah Kepala Desa Penarukan.
Jenis sesajen dalam selamatan adalah : Sego Gurih +Engkung Wungkul utuh, dan tumpeng lauk trancam,kulupan, sayur kacang/kluwih, tempe /tahu, ayam kare, telor rebus. Jenis jajanannya adalah : Pleret (Jenang kemoleh yang dibungkus dengan daun pisang), Jenang Gede, Tetel, Wajik, Nogosari, Apem Selong, dan lain-lain.Tempat selamatan : diatas Gumuk.Dahulu di atas Gumuk tersebut terdapat batu dan Boto.
Kini Gumuk tersebut sungguh mengenaskan, sedikit demi sedikit tanah gumuk itu dikikis ditamping hingga lama kelamaan area gumuk menjadi semakin sempit, sampai pada akhirnya Gumuk itu oleh pemilik sawah yang sekarang dihilangkan diratakan menjadi sawah. Maka sejak saat itu hilanglah asset alam yang langka itu dan hilang pula budaya Metri (Tasyakuran) di Gumuk dari Bumi Penarukan.
Penarukan, 10-11-2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar