Gelapnya kabut penutup cerita sejarah Desa Penarukan memang menjadi tantangan yang cukup sulit untuk menembusnya namun bukan berarti tidak ada harapan sama sekali untuk membuka tabir yang menyelimuti sejarah Desa Penarukan. Folklore ( cerita turun temurun) tentang Desa Penarukan hampir saja hilang tak terdengar seiring makin langkanya orang-orang tua yang dapat bercerita tentang sejarah Desa Penarukan walaupun hanya berupa folklore yang secara teori masih jauh dari fakta sejarah, namun patut diakui bila isi folklor Desa Penarukan ini sangat menarik untuk disimak dan didalami kebenarannya. Beberapa nama tempat penting yang tersebut dalam folklore antara lain : Dungulan, Palurukan, Panaruhan, Kampung Ledok, Kampung Pendem, adalah nama-nama unik yang penuh teka-teki untuk diungkap. Demikian juga dengan kondisi topografi Desa Penarukan, ada terdapat tempat-tempat yang cukup menimbulkan tanda-tanya besar tentang sebab musabab kondisi area itu menjadi demikian, misalnya kondisi jalan kampung yang tidak lazim layaknya akses jalan perkampungan, lazimnya setiap akses jalan itu mesti ada tembusannya, namun tidak demikian dengan kondisi jalan kampung di Desa Penarukan dan dua jalan kampong tetangga desa sebelah, sebanyak tujuh akses jalan kampung yang ruas jalannya menuju ke arah sebuah area di pinggir Kali Brantas semuanya terpotong tak beraturan, bahkan ada sebuah kampong hingga kini disebut kampong buntung. Pemotong jalan itu kini menjadi sawah yang disebut sawah Beran. Sedang lahan tujuan akses jalan-jalan kampong yang terpotong itu kini menjadi Kebun Tebu yang disebut Tegal Beran. Tak kalah pentingnya adalah keberadaan Punden Desa di Sumber Urung-urung yang penuh dengan Mitos dan cerita mistis yang banyak membuat orang penasaran ingin mengungkap misteri itu. Dari sekian banyak keunikan itu telah mendorong orang ingin menguak rahasia Desa Penarukan. Ada hal lain yang sangat menggoda untuk disimak secara lebih mendalam, yaitu tentang adanya temuan-temuan benda Purbakala yang sangat mengagumkan. Meskipun sebagian benda purbakala yang berupa artefak sudah raib tak diketahui rimbanya, namun beruntung masih ada situs purbakala yang relative masih utuh karena keadaanya terpendam dalam tanah.
Keunikan lain yang patut dijadikan obyek penelitian dalam menguak sejarah Desa Penarukan adalah adanya Pasar Krempyeng yang bersebelahan dengan Komplek Pandean. Pada lazimnya keberadaan Pasar Krempyeng ini menempati sebidang lahan yang memang diperuntukkan bagi pasar, namun tidak demikian dengan Pasar Krempyeng ini. Pasar ini berada ditepi kiri-kanan jalan besar, keadaannya lebih mirip dengan pasar penampungan sementara. Keadaan ini paling tidak membuahkan suatu tanda tanya, kalau pasar ini adalah pasar penampungan sementara, lalu di mana letak pasar itu sebenarnya, dan apa yang terjadi dengan lokasi pasar yang sebelumnya ada tersebut ?
Demikian juga dengan adanya komplek Besali tempat aktifitas Pande Besi yang
berada berdampingan dengan Pasar Krempyeng. Pasar Krempyeng dan Besali itu seperti
sepasang aktifitas ekonomi yang saling mendukung dan menyatu tak terpisahkan.
Pada folklore
yang diceritakan para pinisepuh desa, memang tergambar jelas akan kedangkalan
kedalaman pokok cerita dan pembahasannya. Dalam folklore hanya digambarkan bahwa adanya Desa Penarukan ini bersamaan dengan adanya pembangunan Saluran
irigasi Sungai Molek yang terjadi pada sekitar tahun 1900 masehi, namun penulis punya bukti kuat bahwa sebelum kali molek dibangun nama Penarukan sudah menjadi desa yang sangat ramai,. hal ini semakin menguatkan bakti bahwa jauh sebelum dibangunnya Sungai Molek Desa Penarukan itu sudah
ada walaupun mungkin dengan nama lain.
Bila ditilik
dari nama-nama Desa kuno seperti :
Tugaran (Tegaron), Kasurangganan (Kranggan), Segenggeng (sebuah Dusun
masuk wilayah administrasi Desa Wonokerso), Sukomanggolo (Sukonolo), Lulumbang
(Lumbangsari) dan Bureng (sebuah Dusun masuk wilayah administrasi Desa Sumberjaya),
Desa Penarukan itu berada di tempat yang sangat strategis karena di kelilingi
desa-desa itu. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa Desa Penarukan tidak
tersebut secara mutlak keberadaannya sebagai sebuah desa, ataukah mungkin disebut
dengan nama lain? Kiranya sebuah misteri yang sangat menarik untuk diungkap,
apalagi bila diamati dengan jeli, letak geografi Desa Penarukan sepertinya
berada pada lingkaran Tumapel lama yang hingga kini belum diketemukan di mana
letak persisnya. Dari selayang pandang pada gambaran di atas, upaya menguak
sejarah Desa Penarukan ini menjadi sangat menarik karena semua kemungkinan bisa
saja terjadi, ibarat bermaksud menjala ikan kecil, ikan kecilnya kena jaring,
tak disangka ikan yang besarpun kena juga. Artinya apa, tidak menutup
kemungkinan bahwa dengan maksud hanya menggali sejarah Desa Penarukan, bisa
jadi dapat membuka jalan lapang menuju terkuaknya teka-teki sejarah Tumapel
lama yang selama ini belum terungkap se dalam yang bisa digali. Belakangan penulis berhasil membedah isi Prasasti Turryan bertarikh 851 saka ( tahun 929 masehi), yang sangat mungkin berhubungan dengan Desa Penarukan, di mana di dalamnya disebutkan adanya perintah dari Sri Maharaja dyah Pu Sindok kepada Dhang Atu Pu Sahitya seorang anak Negeri India dari Desa Kulawara untuk membangun tempat Kebaktyan, membuat Bendungan yang dialirkan ke Tegalan di sebelah barat bangunan tempat Kabaktyan untuk dijadikan sawah sebagai tambahan Sawah Sima. Hal-hal tersebut kiranya sangat relevan dengan kondisi yang ada di Desa Penarukan antara lain, adanya Candi terpendam, Dam Blobo yang airnya dialirkan ke Sawah Beran, dan masih banyak lagi yang lainnya yang nanti akan penulis kupas habis dalam Buku Penarukan Kuno edisi selanjutnya,
Kiranya Buku Penarukan Kuno ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk menggali Sejarah Desa Penarukan sekaligus untuk menapak jejak asal usul Kota Kepanjen.
Bila anda berminat memiliki buku yang terlihat pada foto di atas dapat menghubungi No. WA 0856-0897-9097 seperti yang tercantum pada gambar, atau bila ingin datang sendiri dapat langsung ke Perpustakan/Musium Darma Wiyata Jl. Welirang No. 27 Kepanjen Kab. Malang.. No. WA. +62 812-3361-7717 A/N Agung Cahyo Wibowo..
Malang, 18-12-2020
Denmbahbei,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar