Selasa, 10 November 2020

STADION KUNO KEPANJEN

KISAH CERITA BERDIRINYA STADION KUNO KEPANJEN

Pada sekitar tahun 1930 -an Kota Kepanjen masih belum memiliki Lapangan Stadion, waktu itu yang ada adalah Lapangan olahraga sepakbola milik Pabrik Gulo Panggungrejo. Bila dari arah utara Lapangan tersebut terletak di sebelah kiri Perempatan Panggungrejo, atau depan Kantor Dinas Perikanan & Kelautan Kabupaten Malang. Kini Lapangan tersebut beralih fungsi menjadi SDN Panggungrejo, Kantor BKKBN Kab.Malang dan KUD Kepanjen.

Di masa itu para pemuda-pemuda desa di sekitar Pabrik Gulo sering berolahraga di Lapangan tersebut. Pemuda-pemuda dari Desa : Kepanjen, Penarukan, Kedungpedaringan, Panggungrejo dan sekitarnya bermain sepak bola bergabung bersama-sama dengan pemuda-pemuda Belanda yang ada di sekitar  Pabrik Gulo. Melihat antusias para pemuda dalam giat berolahraga di Lapangan Panggungrejo, rupanya telah mendorong Pemerintahan Kolonial Belanda untuk membangun lapangan olahraga yang lebih besar sekaligus untuk pengembangan Kota Kepanjen. 

Pada tahun 1932 Belanda membangun Stadion baru di Desa Kepanjen, dengan luas sekitar, 3,7 Hektar. Bangunan Stadion tersebut halaman luar berada di sebelah selatan Jalan Sawunggaling, sedangkan lapangan utama berada di sebelah selatan Sungai Molek. Antara halaman luar dan lapangan utama terpisah oleh saluran pembuangan air hujan, dan sungai Molek serta saluran irigasi, untuk itu dihubungkan oleh tiga buah jembatan. 

Lapangan utama berbentuk lingkaran , di sekeliling Lapangan Stadion  diberi urukan tanah dengan ketinggian lebih kurang 3 meter, berfungsi sebagai tribun penonton untuk melihat acara yang digelar dilapangan utama. dipuncak tribun ditanami pohon lamtoro, jarak penanamanya sangat rapat, tujuan penanaman adalah untuk pagar hidup agar tidak ada penonton yang membobol masuk stadion melihat acara pertunjukan tanpa membeli karcis . Pintu masuk stadion terletak di sudut timur laut, ada bangunan gerbang dari tembok tanpa atap, disebelah kanan gerbang masuk terdapat lobang untuk loket penjualan ticket masuk. Sementara itu di luar halaman stadion terdapat lapangan luar yang luasnya sekitar 1 hektar dengan bentuk segi empat. fungsi lapangan luar adalah untuk parkir kendaraan pengunjung stadion. Selain itu halaman luar stadion yang sebelah barat pernah ditempati pasar penampungan sementara dan warga masyarakat menyebutnya Pasar Lawas.

Jenis pertunjukan yang biasa diampilkan di Stadion tersebut, yang paling sering diadakan adalah pertandingan Sepakbola, sedangkan acara lainnya adalah, Pacuan Kuda setahun sekali diselenggarakan pada setelah Idul Fitri, Pasar malam, pertunjukan hiburan nlainnya, seperti : atraksi Hipnotis, Sirkus, grup musik, Ludruk dan jenis kesenian lainnya.

lapangan halaman luar sangat ramai menjadi tempat bermain anak-anak. Pada saat siang hingga sore  maupun malam hari selalu tak pernah sepi kegiatan. selain itu juga untuk lapangan volly.

Pada tahun 1966, jema'ah sholat Jum'at Masjid Salafiyah Kepanjen tidak mampu menampung banyaknya jama'ah sholat Jum'at, bikla hari Jum'at jama'ahnya membludak sampai halaman Kawedanan Kepanjen. Untuk itu Para tokoh agama di Kepanjen ingin membangun Masjid yang lebih besar sehingga mampu menampung jama'h sholat jum'at yang membludak itu. Dipilihnya lokasi pembangunan masjid itu di sebelah barat halaman Stadion Kepanjen.

Seperti biasanya setiap selesai sholat Jum'at selalu ada petugas yang membawa kotak shodakoh amal jariyah yang didapat seolau melimpah, apalagi setelah diumumkan akan membangun Masjid lagi yang lebih besar, maka semakin banyak Jama'ah yang menyodakohkan uangnya untuk pembangunn Masjid tersebut. Tetapi pada prakteknya tak semudah itu membangun Masjid besar, karena terkendala dana akhirnya bangunan Masjid yang dimulai tahun 1967 mangkrak , hanya mampu membangun pondasinya saja. Sampai pada akhirnya di tahun 1976 Pemda Kab.Malang turun tangan mengambil alih pelaksanaan pembangunan Masjid dan menjadikan Masjid Kepanjen menjadi Masjid Kabupaten Malang. Pada tahun 1977 masjid tersebut diresmikan pemakaiannya dan diberi nama "Baiturrohman". Sejak dibangunnya masjid tersebut maka Lapangan stadion Kepanjen tidak memilik halaman parkir stadion.

Menyikapi kondisi Stadion yang makin memprihatinkan, para  unsur birokrasi Kecamatan Kepanjen mempunyai keingginan membangun Stadion yang lebih dan memenuhi standar nasional. stadion yang lama dijual dan dibhangunkan stadion baru yang lebih baik. pada tahun 1980 dimulailah rencana tersebut. Dibawah kendali Camat Hari Mulyono, Wedono Santoso, sedangkan Kepala Desa yang masuk kepanitiaan adalah Sugiono (Lurah Kepanjen), Saidi (Lurah Penarukan), maka dibentuklah Kepanitiaan lintas sektoral Pembangunan Stadion Kepanjen. Lokasi terpilih untuk pembangunan stadion berada di jalan Panji. tepatnya sekarang menjadi Gedung DPRD Kabupaten Malang, dan perkantoran lainnya. Tanah yang dipakai untuk bangunan stadion adalah : Ex. Bengkok Kepala Desa Penarukan 2,5 ha. Tanah sawah ex. bengkok Kamituwo Krajan Penarukan 1,250 ha. Sawah ex bengkok Carik Penarukan 0.85 ha. tanah sawah ex Landbou Dinas Pertanian 0.8 ha.

Bentuk bangunan  dibagian barat ada Tribun utama sepanjang 50 meter. selebihnya hanya tanah uruk keliling lapangan setinggi 1,5 meter, untuk penonton , tembok keliling seluas stadion. Dinamakan Stadion Kepanjen.

Perkembangan berikutnya diakhiur masa jabatan Bupati P. Moh. Said. Pemda Kab. Malang membangun stadion bertarafnasional , yaitu : "Stadion Kanjuruhan", Dan Stadion Kepanjen dialih fungsikan menjadi perkantoran termasuk Kantor DPRD Kab.Malang

Penarukan, 11-11-2020 

Oleh : Hery Wahyudi

  

Senin, 09 November 2020

CERITA ADANYA GUMUK DI SAWAH PENARUKAN

GUMUK DI SAWAH PENARUKAN

Gumuk :

Gumuk adalah gundukan tanah yang terbentuk secara alami karena menumpuknya debu/pasir oleh hembusan angin melalui jalur angin di sekitaran lokasi keberadaan Gumuk itu, proses terjadinya selama ratusan hingga ribuan tahun. terjadinya gumu k merupakan fenomena alam atas kuasa Tuhan YME. Keberadan Gumuk ini sangat langka, oleh karena itu seyogyanya harus dijaga kelestariannya. Di dunia ini Gumuk yang dikenali hanya ada dua, yaitu di Indonesia dan Mexico.  Gumuk di Indonesia berada di Pantai Parangtritis Yogyakarta, dengan luas mencapai 400-an hektar. Gumuk di Parangtritis apabila tidak dikelola dengan baik bisa jadi dapat berakibat terjadi kepunahan karena pengaruh perkembangan kebutuhan ekonomi, misalnya : untuk pemukiman penduduk, pertanian, untuk bahan bangunan, dan lain-lain.

Lain lagi dengan Gumuk di Sawah Penarukan, Gumuk ini tergolong kecil, berupa sebidang tanah yang hanya berukuran sekitar 25 meter persegi, dengan ketinggian lebih kurang 1 meter dari permukaan sawah, berada di tengah-tengah sawah ex Bengkok Kepala Desa Penarukan. Sekarang tanah sawah tersebut telah menjadi milik perorangan, yaitu : (Hj.Munasabah, turun ke anahnya à Hj.Warinah dan kini turun ke anak cucunya : àMahmudi Cs). Adapun proses tukar guling sawah itu terjadi di tahun 1980-an . Tukar guling itu terjadi dalam rangka pembangunan Lapangan stadion Kepanjen. Dimana sawah milik Hj.Munasabah terkena lokasi Stadion Kepanjen, sehingga oleh tim panitia pembangunan stadion Kepanjen tanah milik Hj.Munasabah tersebut ditukar guling dengan tanah Bengkok Kepala Desa Penarukan. Kini bekas Stadion Kepanjen tersebut telah beralih fungsi menjadi Perkantoran DPRD dan perkantor Dinas/instansi Pemda Kab.Malang.  

Mbok Sukatin yang kini berusia 80 tahun sejak dulu hingga sekarang masih aktif bekerja sebagai buruh tani di area sawah penarukan. Meskipun sudah sepuh tetapi tenaganya masih kuat untuk bekerja sebagai buruh tani. Baginya Gumuk di Sawah ex Bengkok Kepala Desa Penarukan itu sudah tidak asing lagi, karena dalam sehari –harinya dari kecil hingga kini mbok Sukatin bekerja sebagai buruh tani di sawah Penarukan ( Tandur, Matun, Derep, Ngasak ).  Menurut penuturan mbok Sukatin, dahulu ditengah-tengah Gumuk tersebut terdapat pohon Salam yang besar dan tinggi. Gumuk itu agak luas, sekitar 25 m2, di saat terik matahari sedang menyengat (waktu lohor), di bawah pohon salam tersebut menjadi tempat berteduh para buruh tani untuk beristirahat sambil makan kiriman atau bekal dari rumah . Pada tahun 1950 an pohon salam itu roboh tertiup angin, lalu diganti dengan pohon Mangga .(wit Pencit). Dulu sering terjadi ada orang kerasukan (Kampelan) roh gaib penunggu gumuk itu,sekali-sekali juga ada ular besar yang keluar dari gumuk itu, hal ini pertanda bahwa Gumuk tersebut minta di Petri (diselamati). Tradisi selamatan di Gumuk tersebut lazim diadakan bersamaan waktunya dengan saat memulai Mugut/ Derep (Panen Padi). Tujuan selamatan adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME karena berkat karuniaNya maka sawah Penarukan berhasil memetik hasil panen dengan memuaskan. Penyelenggara selamatan adalah Kepala Desa Penarukan.

Jenis sesajen dalam selamatan adalah : Sego Gurih +Engkung Wungkul utuh, dan tumpeng lauk trancam,kulupan, sayur kacang/kluwih, tempe /tahu, ayam kare, telor rebus.  Jenis jajanannya adalah : Pleret (Jenang kemoleh yang dibungkus dengan daun pisang), Jenang Gede, Tetel, Wajik, Nogosari, Apem Selong, dan lain-lain.Tempat selamatan : diatas Gumuk.Dahulu di atas Gumuk tersebut terdapat batu dan Boto.

Kini Gumuk tersebut sungguh mengenaskan, sedikit demi sedikit tanah gumuk itu dikikis ditamping hingga lama kelamaan area gumuk menjadi semakin sempit, sampai pada akhirnya Gumuk itu oleh pemilik sawah yang sekarang dihilangkan diratakan menjadi sawah. Maka sejak saat itu hilanglah asset alam yang langka itu dan hilang pula budaya Metri (Tasyakuran) di Gumuk dari Bumi Penarukan. 

Penarukan, 10-11-2020