Venomena bencana
alam gunung lumpur dan banjir besar yang tercatat pada kitab kuno Pararaton
sepertinya memang sebuah kenyataan yang pernah terjadi namun belum jelas di mana
letak kejadiannya. Dari beberapa temuan benda purbakala di sekitar tepi sungai Brantas yang masuk wilayah Kepanjen dan Sumberpucung yang belum banyak diketahui orang, penulis berkeyakinan bahwa luberan fenomena gunung
lumpur dan banjir besar tersebut pernah terjadi di Bumi Arema tepatnya di Bumi Kepanjian
(kini disebut Kepanjen). Pendapat penulis ini didasarkan pada temuan situs purbakala
terpendam yang penulis ketahui namun belum pernah dipublikasikan. Temuan tersebut
antara lain :
1)
Candi terpendam di Penarukan Kecamatan Kepanjen; (Belum digali)
2)
Batu umpak Arca di babakan Kali Petung Penarukan; (Telah hilang)
3)
Batu bata ukuran jumbo yang bergaris tangan sebesar
jempol kaki ; (telah hilang)
4)
Candi terpendam di Ternyang, Kecamatan Sumberpucung; (Pernah digali secara liar oleh masyarakat setempat) dan ditemukan Arca dan artefak di bawah ini :
Foto 1. Arca yang ditemukan di Candi terpendam Desa Ternyang
Foto 2 Artefak seperti tempat dupa
5)
Artefak kuno yang ditemukan terpendam di
kedalaman sekitar 6 meter di Kampung Kasuran Desa Ternyang Kec. Sumberpucung. Lihat foto di bawah ini :
Foto 3 . Patung Trimurti dari perunggu
Foto. 4 Cepuk dari Perunggu
Foto. 5 sepasang keris mini
Foto 6. Batu akik motif Naga Terbang
Benda-benda
kuno tersebut ditemukan terkubur dalam tanah di kedalaman antara 1 -5 meter.
Foto 7. Lokasi penemuan Patung Perunggu
Petunjuk
lain yang memperkuat pendapat penulis yaitu :
i. Adanya 7 ruas jalan dari suatu kampung yang
arahnya serong mengerucut menuju satu titik area . Ke tujuh ruas jalan tersebut yaitu (Jl.
Kampung Legok, Jl.Kampung Bangsri, Jl.Kampung Lor, Jl.Kampung Tengah, Jl.
Kampung Kidul (Kampung Buntung), Jl. Kampung Tanen, dan Jl.Kampung Ngadiluwih);
ii. Hamparan Tegal tebu seluas sekitar 10 hektar
yang menjadi titik tujuan arah jalan. Pada areal tegal tersebut di samping terdapat
Candi terpendam juga sering ditemukan artefak kuno seperti : uang logam,
Lempengan tembaga, Perhiasan emas, pagar bata kuno.
iii. Ketebalan sedimen tanah berjenis tanah lempung
berada pada kisaran 10-15 meter ini dapat dilihat pada saat menggali sumur dan
hamparan tanah yang datar dan luas.
Dan masih banyak tanda tanda yang lain yang memperkuat dugaan penulis bahwa venomena gunung lumpur dan banjir besar itu pernah melanda bumi Kepanjian. Tanda tanda tersebut yaitu :
Dan masih banyak tanda tanda yang lain yang memperkuat dugaan penulis bahwa venomena gunung lumpur dan banjir besar itu pernah melanda bumi Kepanjian. Tanda tanda tersebut yaitu :
iv. Folklor asal usul Desa Penarukan yang menyebut nama (Palurukan, Dungulan, Panarukan, Kampung Ledok dan Kampun Pendem)
v. Adanya goa urung-urung Punden Desa Penarukan yang
berada ditepi kali Brantas
vi. Makam kuno (tak terawat)
vii. Dan lain-lain
Dari teori
yang penulis kembangkan sendiri ini paling tidak dapat memberikan data bukti
awal kebenaran kitab Pararaton yang menyebutkan adanya banjir lumpur yang dahsyat itu. Banjir lumpur
tersebut pada akhirnya menenggelamkan sebuah kota kecil di tepi Brantas yang
merupakan cikal bakal Kota Kepanjen, kota itu kini berupa hamparan tegal tebu. Tegal tersebut oleh masyarakat biasa disebut “ BERAN”.
Penarukan, 25 Maret
2019
Hery Wahyudi,