Senin, 25 Maret 2019

VENOMENA BANJIR LUMPUR DAN CIKAL BAKAL KOTA KEPANJEN.


Venomena bencana alam gunung lumpur dan banjir besar yang tercatat pada kitab kuno Pararaton sepertinya memang sebuah kenyataan yang pernah terjadi namun belum jelas di mana letak kejadiannya. Dari beberapa temuan benda purbakala di sekitar tepi sungai Brantas yang masuk wilayah Kepanjen dan Sumberpucung yang belum banyak diketahui orang, penulis  berkeyakinan bahwa luberan fenomena gunung lumpur dan banjir besar tersebut pernah terjadi di Bumi Arema tepatnya di Bumi Kepanjian (kini disebut Kepanjen). Pendapat penulis ini didasarkan pada temuan situs purbakala terpendam yang penulis ketahui namun belum pernah dipublikasikan. Temuan tersebut antara lain :
1)      Candi terpendam di Penarukan Kecamatan Kepanjen; (Belum digali)
2)      Batu umpak Arca di babakan Kali Petung Penarukan; (Telah hilang)
3)      Batu bata ukuran jumbo yang bergaris tangan sebesar jempol kaki ; (telah hilang)
4)      Candi terpendam  di Ternyang, Kecamatan Sumberpucung; (Pernah digali secara liar oleh masyarakat setempat) dan ditemukan Arca dan artefak di bawah ini :
Foto 1. Arca yang ditemukan di Candi terpendam Desa Ternyang



                                   Foto 2 Artefak seperti tempat dupa

5)      Artefak kuno yang ditemukan terpendam di kedalaman sekitar 6 meter di Kampung Kasuran Desa Ternyang Kec. Sumberpucung. Lihat foto di bawah ini :


Foto 3 . Patung Trimurti dari perunggu

Foto. 4 Cepuk dari Perunggu

Foto. 5 sepasang keris mini 


Foto 6. Batu akik motif Naga Terbang


Benda-benda kuno tersebut ditemukan terkubur dalam tanah di kedalaman antara 1 -5 meter. 
Foto 7. Lokasi penemuan Patung Perunggu

Petunjuk lain yang memperkuat pendapat penulis yaitu :
i.       Adanya 7 ruas jalan dari suatu kampung yang arahnya serong mengerucut menuju satu titik area . Ke tujuh ruas jalan tersebut yaitu (Jl. Kampung Legok, Jl.Kampung Bangsri, Jl.Kampung Lor, Jl.Kampung Tengah, Jl. Kampung Kidul (Kampung Buntung), Jl. Kampung Tanen, dan Jl.Kampung Ngadiluwih);
ii.     Hamparan Tegal tebu seluas sekitar 10 hektar yang menjadi titik tujuan arah jalan. Pada areal tegal tersebut di samping terdapat Candi terpendam juga sering ditemukan artefak kuno seperti : uang logam, Lempengan tembaga, Perhiasan emas, pagar bata kuno.
iii.   Ketebalan sedimen tanah berjenis tanah lempung berada pada kisaran 10-15 meter ini dapat dilihat pada saat menggali sumur dan hamparan tanah yang datar dan luas.

      Dan masih banyak tanda tanda yang lain yang memperkuat dugaan penulis bahwa venomena gunung lumpur dan banjir besar itu pernah melanda bumi Kepanjian.  Tanda tanda tersebut yaitu :
iv.    Folklor asal usul Desa Penarukan yang menyebut nama (Palurukan, Dungulan, Panarukan, Kampung Ledok dan Kampun Pendem)
v.     Adanya goa urung-urung Punden Desa Penarukan yang berada ditepi kali Brantas
vi.   Makam kuno (tak terawat)
vii. Dan lain-lain  
Dari teori yang penulis kembangkan sendiri ini paling tidak dapat memberikan data bukti awal kebenaran kitab Pararaton yang menyebutkan adanya banjir lumpur yang dahsyat itu. Banjir lumpur tersebut pada akhirnya menenggelamkan sebuah kota kecil di tepi Brantas yang merupakan cikal bakal Kota Kepanjen, kota itu kini berupa hamparan tegal tebu. Tegal tersebut oleh masyarakat biasa disebut “ BERAN”.

Penarukan, 25 Maret 2019
                             Hery Wahyudi, 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar